ILUSI KESTABILAN BISNIS
ILUSI KESTABILAN BISNIS
CEO Words
Sabtu, 6 Agustus 2016
Suatu hari di sebuah kolom komen, seseorang bertanya Saya dengan cukup tajam,
"Gak papa kan ngutang, jika memang sudah diperhitungkan? Ngutang gak jelek kalo bener ngutangnya."
Saya pun mencoba bijak dalam merespon komentar tersebut, toh Saya gak pernah statement anti hutang dagang.
"Iya pak, selama memang cicilan atau hutangnya terbayar, insyaAllah silakan saja pak, apalagi hutang dagang, kan kalo hutang barang itu barangnya ada di kita. Andaipun mau hutang uang silakan pak, asal bapak bisa pastikan revenue stabil, pasar stabil dan hutang terbayar."
Tidak selang beberapa lama setelah komen Saya post, beliau pun menjawab,
"Stabil kok, udah riset, ok kok."
Baiklah, Saya memutuskan untuk tidak membalas lagi.
*****
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Stabil diartikan dengan kondisi yang tetap, tidak goyah, tidak naik turun, tenang, mantap dan kukuh. Maka, definisi bisnis yang stabil adalah bisnis yang tetap, konstan, tidak goyah, mantap dan kukuh.
Dari definisi diatas, marilah kita melihat dunia bisnis secara jujur dan objektif.
Apa yang terjadi pada sebuah produk mie instant, ketika hadir pesaing si sedaap yang akhirnya memaksa "kakak senior" tersebut berbagi sales di market mie instant?
Lalu, bagaimana dunia penjualan air mineral hari ini, ketika produk minuman air kemasan mulai beragam dan menawarkan "ada manis-manisnya gitu deh". Sang qua qua terpaksa harus berbagi market di pasar.
Lalu apa yang terjadi dengan kekokohan BUMN bersimbol burung merpati, yang jaringannya hampir diseluruh negeri, namun jumlah sales ekspedisinya hampir terkejar dengan ekspedisi swasta yang penuh keterbatasan?
Lalu lihat bagaimana resto-resto ayam cepat saji hari ini, penjualannya mulai tergerus oleh ayam goreng merah putih seperti D' Besto, Sabana, Hisana, Mr chicken dan berbagai outlet ayam goreng lainnya. Mereka seakan bergerilya menyerang Sang Kolonel yang terus tersenyum di gelas raksasa.
*****
Lebih buruk dari cerita diatas, industri perminyakan yang telah menjadi industri stabil pada 2 generasi, terpaksa harus menghadapi fakta pahit akan turunnya rupiah. Banyak karyawan dirumahkan bahkan di PHK.
Saya lahir di Balikpapan. Dari lahir sampai SMA Saya habiskan di Balikpapan. Tidak pernah dalam ingatan Saya, seorang pekerja perusahaan minyak atau service company, mengalami kesulitan hidup.
Di mata Rendy kecil waktu itu, industri ini adalah industri paling seksi. Dengan para profesional bergaji besar, dengan fasilitas rumah layaknya di lauar negeri, dan gaji puluhan juta bagi mereka yang bekerja lapangan sebagai karyawan service company multinasional.
Lalu apa yang terjadi hari ini, seorang Sahabat bertutur turunnya sales dari 10 juta USD setahun hingga 100ribu USD per tahun. Industri penopang perminyakan juga mulai terseret. Konon, hampir 100.000 orang pergi keluar dari Balikpapan.
Konsumsi ikan nila sebuah pengepul yang dahulu bisa 2 ton per hari, mendadak drop ke 700 kg per hari. Ini adalah kenyataan.
*****
Foto yang Saya letakkan dibawah ini adalah foto di Trans Studio Mall. Sebuah pemandangan dimana TOUSlesJOURS membuka outlet rotinya tepat di hidung BreadTalk. Mengerikan. Saya sampai berhenti dan kemudian mengamati keduanya.
Ada perubahan pada BreadTalk, posisi kasirnya berubah. Yang semula kasir-kasir menghadap ke arah depan, saat ini BreadTalk menghadapkan kasirnya ke TOUS les JOURS. Bahasa tubuh BreadTalk ini seakan berbicara keras kepada TOUS les JOURS..
"Aku akan pandangi setiap konsumen yang masuk ke outletmu, aku akan hantui, aku tandai kau.. aku tandai.." .... hehehehe.. begitu kali ya...
Saya tidak tahu apakah hal ini menghantam sales BreadTalk atau tidak. Namun, ketika Anda pencinta roti, mau tidak mau Anda akan menatap TOUS les JOURS, atau setidaknya mencoba mencicipi. Dan akhirnya pasar terpecah.
Saya tidak pada mendukung si Tous atau si Bread. Keduanya Saya hormati sebagai entitas bisnis bakery. Namun fenomena ini unik. Secara sah dan legal, TOUS les JOURS melakukan GROWTH HACK pada arus traffic breadtalk. Mengerikan.
*****
Sahabat Ziders, kembali ke pembahasan diawal, apakah ada bisnis yang stabil? Menurut saya tidak ada. Sebagai CEO KeKe, Saya lebih memilih untuk merasakan ketidakstabilan daripada GR kalo kami besar.
Kestabilan membuat kita terlena dan tebuai. Kita menganggap pasar seperti orang-orang yang bisa dipaku pilihannya. Kita menganggap pembeli adalah orang-orang yang tidak punya pilihan dan selalu akan membeli kita. Kita menganggap bahwa tidak ada yang berjualan produk seperti kita. Hanya kita.
Kestabilan membuat kita tidak mau untuk berfikir dan belajar. Kita merasa bahwa uang akan selalu masuk rekening. Sales pasti terus terjadi. Organisasi bisnis kita seakan "throwback" ke masa lalu. Menjadi sebuah organisasi robotik yang gak seru. Datar. Dingin. Kaku.
Lebih baik, kita memasukkan persepsi di otak kita, bahwa bisnis tidak mungkin stabil. Karena memang demikian, kestabilan bisnis adalah ilusi. Tidak mungkin pasar itu bergerak tetap. Pasar selalu punya pilihan. Dan setiap hari, pasar selalu disesaki dengan pemain-pemain baru.
Perasaan dan logika bahwa bisnis tidak stabil, membawa kita kelada 2 sikap positif
1. Posisiku di pasar pastilah digempur oleh banyak pihak, makadari itu, perkuat value, ciptakan organisasi bisnis yang sehat, jagalah pelanggan, dan teruslah menusuk pasar dengan marketing yang konsisten.
2. Bisnis adalah dunia yang tidak stabil, sehingga raksasa-raksasa bisnis fashion bisa saja tumbang satu persatu, dan kemudian kami memiliki kesempatan untuk berganti tempat dan terus bertumbuh.
Rasanya OK sih, jika kita merasa bahwa dunia bisnia itu memang gak stabil.
Sahabat, jadi gimana...? Masih yakin stabil?
Rendy Saputra
CEO Keke Busana
Pengajar di www.DuaKodiKartika.com
Mentor utama di www.MelekFinansial.co
****
Ada program baru nih daftar sekolah bisnis kunjungi http://duakodikartika.com/affiliate/1300
*****
Ditunggu LIKE ... komen.. and SHARE nya ya...
Komentar
Posting Komentar